Friday, 18 January 2019 0 comments

Celaka!

hari itu sebetulnya hanya sekedar hari biasa, tanpa ada hal yang begitu spesial hingga sesuatu terjadi ketika saya melakukan rutinitas bersepeda.

beberapa bulan terakhir memang saya mengazamkan diri untuk tidak menghilangkan beberapa kebiasan baik yang saya peroleh ketika saya menghabiskan 2 tahun masa studi di Jepang, yang salah satunya adalah menggunakan sepeda ketika kemanapun saya hendak pergi. sebetulnya ada beberapa hal lain selain dari terbiasa menggunakan moda transportasi sepeda, seperti tidak berisik ketika berada di kendaraan umum, selalu mematikan fitur ringtone dan membuat handphone tetap berada model silent dimanapun saya berada dan beberapa kebiasan lainnya. Saya rasa ini merupakan pengaruh baik yang saya dapatkan dari sebagian cara hidup orang Jepang dimana saya berkebetulan pernah erat sekali bersinggungan dengan aktivitas keseharian tersebut. diantara kebiasan-kebiasan itu, memang hanya bersepeda saja yang membuat saya harus mengeluarkan effort lebih untuk menjaga itu tetap ada dalam keseharian saya , sehingga azzam nya pun juga agak berbeda. Sempat berencana juga untuk langsung membeli sepeda sepulangnya ke tanah air agar bisa sesuai jalur dengan tekad yang saya buat, namun pertimbangan bahwa saya tinggal di tanah air hanya sekitar beberapa bulan, membuat saya mengurungkan niat tersebut dan lebih memilih memperbaiki dan sedikit memodifikasi sepeda tua yang tergeletak jarang terpakai di garasi rumah. Singkat cerita, saya sedikit ubah mode sepeda menjadi sepeda jalanan dengan ciri handle bar yang melengkung ke bawah dan rem yang juga menukik di depan. beberapa bagian saya ganti juga setelah berdiskusi agak panjang dengan akang montir sepeda yang tiba-tiba menjadi akrab dengan saya. alhasil, sepeda tua berubah menjadi modern looks dengan fitur yang bisa membuat saya bersepeda cukup kencang meski dengan bagian-bagian utama seperti ban, frame, shifter yang tidak diperuntukkan untuk memenuhi kepuasan mencapai kecepatan tinggi. Tapi percayalah, toh yang menentukan cepat atau tidaknya kita bukanlah item penunjang yang kita meliki, melainkan determinasi dan komitmen diri untuk melaju konsisten dengan kayuhan dan putaran pedal yang cepat. ini juga berlaku untuk konteks kehidupan yang lain ya. The tool isn't matter, but yourself is! keep this thought in your mind!


kadang, ketika mengalami kesulitan dalam suatu usaha dan kita memaksakan diri tehadapnya, maka ada gestur tubuh yang mangabaikan hal lain agar bisa memfokuskan energi pada usaha tersebut saja, kemudian sementara waktu abai pada usaha yang dirasa tidak diperlukan. sama halnya ketika seorang bocah bermain tarik tambang ketika 17-an, kita pasti akan menemukan sosok anak yang ngotot sekali menarik tambang untuk kemenangan timnya hingga ia kepayahan, lalu dia akan memejamkan mata dengan badan yang sedikit menunduk dan sedikit memelintir tubuhnya hingga memunggungi tim lawan, lalu menarik tambang tersebut sekuat tenaga. That's it, determinasi yang ditunjukkan si bocah membuat dia mengeluarkan seluruh energi yang dia punya meski dia harus mengabaikan hal lain agar dapat berfokus pada tujuannya saja, yaitu kemenangan.

kurang lebih itulah yang saya lakukan pada hari dimana saya harus terbangun shock karena menabrak motor yang melaju melawan arah. 

beberapa waktu terakhir entah karena dorongan apa, saya cukup terobsesi dengan kecepatan. maka ketika bersepeda pun saya selalu ingin mengayuh dengan kecepatan tertinggi dan mengecek rata-rata kecepatan yang didapat melalui perangkat applikasi yang terinstal pada handphone saya. applikasi ini cukup menarik, algoritmanya bekerja berdasarkan pantauan GPS dan kecepatan pergerakan perpindahan saya, sehingga angka-angka seperti seberapa jauh saya bergerak, seberapa lama saya mengayuh, berapa kecepatan rata-rata, hingga berapa kalori yang sudah dipakai untuk melakukan kerja bisa dipantau secara real time. Pernah sekali saya mendapatan catatan waktu yang luar biasa membanggakan bagi saya pribadi, karena keterlaluan cepatnya. Sehingga membuat saya menjadikan catatan waktu tersebut sebagai tembok jangkung yang perlu dirobohkan dan membangun standar yang baru. kita hidup harus terus berkembang, kan? maka senantiasa melampaui capaian terbesar yang telah kita buat sebelumnya, merupakan sebuah keniscayaan, syarat mutlak agar bisa berkembang.

catatan waktu terbaik yang pernah saya buat, menjelma menjadi tembok jangkung kala itu sehingga susah payah saya mengayuh sepeda untuk meraih akselerasi tercepat kemudian mempertahankan kecepatan tertinggi, hingga pada satu ttitk saya mulai kepayahan namun masih ngotot untuk mendobrak catatan waktu yang dibuat. Kemudian, skenarionya sudah bisa ditebak kemana arahnya kan?

saking ngototnya, saya fokus pada tenaga kayuhan dan abai terhadap pandangan kedepan, alhasil saya menabrak seorang bapak paruh baya yang mengendarai motor matic melawan arah. Secara teknis ini bisa disebut tabrakan sebetulnya, karena saya dan bapak sama-sama menabrakkan diri, hanya sialnya, sepeda adalah moda transportasi yang akan langsung mental ketika harus secara tak sengaja menabrak kendaraan bermotor. maka pada saat itu, jelas saya yang mental (dibacanya mental ya, bukan mental) dan fork atau garpu penopang ban depan sepeda pun ringsek. meskipun begitu, bersyukur tak ada korban jiwa pada peristiwa tersebut. toh hanya saya dan bapak ko yang ada di persitiwa itu. Allah baik sekali membuat saya tidak mengalami cidera apapun, selain kaget dan perasaan bersalah telah membuat bapak tersebut kaget juga. saya kaget membuat bapak kaget. 

Perlu diketahui bahwa jalanan yang saya lalui dan merupakan tempat kejadian peristiwa naas ini merupakan jalanan yang lenggang dengan lebar jalan yang memanjakan sekali bagi pengemudi untuk melajukan kendarannya dengan kecepatan super tinggi. sehingga terbayang apa yang terjadi ketika benturan terjadi dan saya mental ke sebelah kanan (tengah jalan), lalu ada kendaraan yang melintas?
maka sekali lagi saya bersyukur.

Saya pun menceritakan kejadian ini kepada seorang yang saya jadikan salah satu sosok panutan, beliau adalah seorang dokter dengan bidang spesialiasi patologi kanker yang kerjaannya terbilang sederhana namun sangat berat dalam konteks tanggungjawab karena memerlukan pemahaman yang luar biasa mendalam mengenai sel kankerkarena kerjaannya adalah menganalisi suatu sel merupakan kanker ganas atau jinak, mengambil keputusan atasnya sehingga secara otomatis tindakan apa yang dilakukan haruslah bersandar pada fatwa dirinya mengenai sel kanker tersebut. jika ganas, boleh jadi ada organ tubuh pasien yang harus dipotong guna mencegah penyebaran sel kanker pada bagian tubuh yang lainnya dan jika jinak maka tindakannya tidak perlu se ekstrim itu. Yang beratnya adalah, apa yang terjadi jika analisis dan keputusannya dalam menetukan sifat sel itu keliru?

ganas ternyata jinak atau sebaliknya jinak ternyata ganas

setiap hari dalam seminggu, banyak sekali dokumen pasien yang perlu dianalisis oleh beliau dan hari rabu adalah hari dimana biasanya jumlah tumpukan dokumen di meja kerjanya berada pada angka terbanyak, bahkan harus rela menggunakan waktunya di rumah pada malam hari untuk menganalisis data yang ada. yang menariknya adalah, beliau selalu meninggalkan tumpukan tersebut di rabu malam, di hari di mana gunungan data pasien sedang banyak-banyaknya. alasannya cukup sederhana, karena ingin mengalokasikan waktu untuk thalabul ilmy- menuntut ilmu agama, mengharap ketenangan, rahmat serta keberkahan dari Allah SWT. Tahu nggak, Allah menghadirkan keinginan di hati saya untuk hadir dalam suatu majelis ilmu, memberikan kesempatan saya untuk datang ke majelis ilmu, memudahkan perjalanan saya ke majelis ilmu, boleh jadi adalah cara Allah menghindarkan saya dari kesalahan yang mungkin saja saya lakukan pada pekerjaan saya dan  berakibat sangat buruk pada kehidupan pasien saya. 

maka bersyukurlah, asep tidak mengalami kejadian yang lebih berbahaya dibanding persitiwa tadi. karena boleh jadi Allah memang memudahkan asep untuk hadir pada majelis ilmu yang sama2 kita hadiri ini. 

Allah itu maha baik, apa yang dikenakan pada kita adalah hal terbaik yang Allah persiapkan untuk kita. meski kita enggan tahu, meski kita tidak tahu, meski kita belum tahu.


Salam,
Wednesday, 16 January 2019 0 comments

Hal yang terkadang membuat geram sebagian orang

Sekitar pukul 8 pagi dia mendengar kehebohan ibu2 yang tinggal di dekat rumahnya katanya, tetapi karena ada yang sedang ia kerjakan maka dia tidak terlalu memerhatikan apa gerangan dibalik keributan ibu2 tersebut, "ah mungkin sedang riweuh, rame, menunggu kendaraan karena akan berangkat ke suatu tempat", begitu pikirnya, FYI, rumah orang yang saya kenal ini tepat terletak di pinggir jalan utama dan orang2 biasa menunggu kendaraan umum di depan rumahnya tersebut. 

singkat cerita, karena ada suatu urusan, maka sekitar pukul setengah 9 dia beranjak keluar rumah sehingga kemudian dia berpapasan dengan kerumunan ibu2 yang merupakan sumber kehebohan tadi. usut punya usut, ternyata ada kejadian yang menarik yang menyebabkan ibu2 heboh, dia menjelaskan, yaitu seseorang entah sadar atau tidak sadar telah menjatuhkan segepok (atau gepokan? maaf, biasa ibu2 kalo cerita sok heboh, jadi mungkin bisa tdak akurat) uang pecahan seratus ribu di jalan dan membuat lembaran banyak uang pecahan 100 ribu tersebut berhamburan dan berceceran. 


lalu kenapa ibu2 berteriak?


alasannya adalah, ada orang2 jahat tidak bertanggungjawab yang kebetulan sedang melewati tempat tersebut dengan kendaraannya telah tidak bijak memunguti uang2 dengan nominal yang sangat tidak sedikit itu, kemudian bergembira lalu pergi entah kemana. "Terlihat sangat masa bodoh dengan fakta bahwa uang2 tersebut sama sekali bukanlah haknya", seperti itu ibu2 menggambarkan. memikirkan kemungkinan2 bahwa boleh jadi uang tersebut adalah uang untuk biaya berobat yang susah payah dikumpulkan oleh pemilik asilnya, atau untuk alasan lain yang sangat memprihatinkan, pastilah membuat iba kepada orang yang kehilangan tersebut. terlepas bagaimana dan untuk apa uang tersebut, perlu diingat bahwa uang tersebut itu bukanlah sama sekali urusan kita, itu sama sekali bukan milik kita, tak ada sama sekali hak kita didalamnya, begitu nasihat kenalan saya tersebut kepada saya. bahkan ada aturan pidana yang bisa menjerat pelaku pengambilan dengan berbagai catatan pertimbangan yang lain, tambahnya. 


Sebetulnya kejadian2 seperti ini boleh jadi pernah dialami oleh kawan2 sekalian, seperti halnya saya yang pernah kehilangan rantai kunci sepeda karena terjatuh di jalan, karena setelah beberapa jam dari kejatuhan tersebut saya menyengajakan diri menyisir rute yang saya ambil, namun saya tak menemukan apa yang saya cari, padahal benda itu besar, sungguh! entah kemana barang itu, kemungkinan besar ada orang yang mengambilnya dengan niatan entah untuk mengamankan atau untuk menjadikannya hak milik. untuk niatan pertama, pastilah akan mendapat apresiasi yang sangat tinggi, namun sebaliknya, untuk niatan yang kedua, saya rasa itu tindakan yang sangat tidak terpuji.


kenalan saya menambahkan, katanya fenomena2 seperti ini bisa saja terjadi karena banyak faktor, yang diantaranya adalah:


Orang tidak terpikir untuk mencari barang yang hilang ke polisi, karena jarang sekali ada orang yang melaporkan barang temuan ke polisi, mohon maaf ini debatable karena hanya berdasarkan pengalaman dan asumsi dirinya pribadi, dia tidak menemukan data yang bisa membantu katanya.

Pikiran kurang bijak mengenai barang temuan yang selalu mengamini bahwa barang tersebut adalah rezeki bagi orang yang menemukannya, dan ini sungguh berbahaya, pernah denger dong ketika tidak sengaja bertemu orang yang menemukan sesuatu lalu dia berteriak kegirangan dengan bilang "Alhamdulillah..Rezeki!!", bahkan dengan tidak sopannya mengucapkan hamdalah untuk melegitimasi tindakan tidak baik yang hendak dia lakukan. serem banget bos
Faktor ekonomi, kesenjangan sosial, ketidak adilan, pendidikan, ini adalah hal2 mendasar yang bahkan terkadang menjadi alasan orang berbuat lebih jauh lagi, mendorong orang melakukan tindakan yang lebih tidak bermoral lagi, yaitu tindakan kriminalitas.
Sebagai masyarakat, apalagi orang2 yang terdidik, solusi dari hal ini bukanlah hanya diam dan mengandalkan apa yang pemerintah bisa lakukan, tapi bisa juga ikut terlibat dalam langkah2 kecil seperti gerakan2 sosial kepemudaan yang saat ini sudah sangat menjamur dimana2 yang merupakan sinyalemen positif dari awareness masyarakat terhadap lingkungan di sekitarnya. jika tidak bisa, maka setidaknya speak up jikalau menemukan sesuatu yang salah dan ambil tindakan jika memmungkinkan untuk dilakukan. 
Setidaknya percayalah, sedikit tindakan baik yang kita lakukan tidak akan begitu saja hangus menjadi abu, namun ia akan menggelinding lebih besar membentuk bola salju yang tak bisa diabaikan begitu saja keberadaannya.

Salam,









Powered by Blogger.
 
;