hari itu sebetulnya hanya sekedar hari biasa, tanpa ada hal yang begitu spesial hingga sesuatu terjadi ketika saya melakukan rutinitas bersepeda.
beberapa bulan terakhir memang saya mengazamkan diri untuk tidak menghilangkan beberapa kebiasan baik yang saya peroleh ketika saya menghabiskan 2 tahun masa studi di Jepang, yang salah satunya adalah menggunakan sepeda ketika kemanapun saya hendak pergi. sebetulnya ada beberapa hal lain selain dari terbiasa menggunakan moda transportasi sepeda, seperti tidak berisik ketika berada di kendaraan umum, selalu mematikan fitur ringtone dan membuat handphone tetap berada model silent dimanapun saya berada dan beberapa kebiasan lainnya. Saya rasa ini merupakan pengaruh baik yang saya dapatkan dari sebagian cara hidup orang Jepang dimana saya berkebetulan pernah erat sekali bersinggungan dengan aktivitas keseharian tersebut. diantara kebiasan-kebiasan itu, memang hanya bersepeda saja yang membuat saya harus mengeluarkan effort lebih untuk menjaga itu tetap ada dalam keseharian saya , sehingga azzam nya pun juga agak berbeda. Sempat berencana juga untuk langsung membeli sepeda sepulangnya ke tanah air agar bisa sesuai jalur dengan tekad yang saya buat, namun pertimbangan bahwa saya tinggal di tanah air hanya sekitar beberapa bulan, membuat saya mengurungkan niat tersebut dan lebih memilih memperbaiki dan sedikit memodifikasi sepeda tua yang tergeletak jarang terpakai di garasi rumah. Singkat cerita, saya sedikit ubah mode sepeda menjadi sepeda jalanan dengan ciri handle bar yang melengkung ke bawah dan rem yang juga menukik di depan. beberapa bagian saya ganti juga setelah berdiskusi agak panjang dengan akang montir sepeda yang tiba-tiba menjadi akrab dengan saya. alhasil, sepeda tua berubah menjadi modern looks dengan fitur yang bisa membuat saya bersepeda cukup kencang meski dengan bagian-bagian utama seperti ban, frame, shifter yang tidak diperuntukkan untuk memenuhi kepuasan mencapai kecepatan tinggi. Tapi percayalah, toh yang menentukan cepat atau tidaknya kita bukanlah item penunjang yang kita meliki, melainkan determinasi dan komitmen diri untuk melaju konsisten dengan kayuhan dan putaran pedal yang cepat. ini juga berlaku untuk konteks kehidupan yang lain ya. The tool isn't matter, but yourself is! keep this thought in your mind!
kadang, ketika mengalami kesulitan dalam suatu usaha dan kita memaksakan diri tehadapnya, maka ada gestur tubuh yang mangabaikan hal lain agar bisa memfokuskan energi pada usaha tersebut saja, kemudian sementara waktu abai pada usaha yang dirasa tidak diperlukan. sama halnya ketika seorang bocah bermain tarik tambang ketika 17-an, kita pasti akan menemukan sosok anak yang ngotot sekali menarik tambang untuk kemenangan timnya hingga ia kepayahan, lalu dia akan memejamkan mata dengan badan yang sedikit menunduk dan sedikit memelintir tubuhnya hingga memunggungi tim lawan, lalu menarik tambang tersebut sekuat tenaga. That's it, determinasi yang ditunjukkan si bocah membuat dia mengeluarkan seluruh energi yang dia punya meski dia harus mengabaikan hal lain agar dapat berfokus pada tujuannya saja, yaitu kemenangan.
kurang lebih itulah yang saya lakukan pada hari dimana saya harus terbangun shock karena menabrak motor yang melaju melawan arah.
beberapa waktu terakhir entah karena dorongan apa, saya cukup terobsesi dengan kecepatan. maka ketika bersepeda pun saya selalu ingin mengayuh dengan kecepatan tertinggi dan mengecek rata-rata kecepatan yang didapat melalui perangkat applikasi yang terinstal pada handphone saya. applikasi ini cukup menarik, algoritmanya bekerja berdasarkan pantauan GPS dan kecepatan pergerakan perpindahan saya, sehingga angka-angka seperti seberapa jauh saya bergerak, seberapa lama saya mengayuh, berapa kecepatan rata-rata, hingga berapa kalori yang sudah dipakai untuk melakukan kerja bisa dipantau secara real time. Pernah sekali saya mendapatan catatan waktu yang luar biasa membanggakan bagi saya pribadi, karena keterlaluan cepatnya. Sehingga membuat saya menjadikan catatan waktu tersebut sebagai tembok jangkung yang perlu dirobohkan dan membangun standar yang baru. kita hidup harus terus berkembang, kan? maka senantiasa melampaui capaian terbesar yang telah kita buat sebelumnya, merupakan sebuah keniscayaan, syarat mutlak agar bisa berkembang.
catatan waktu terbaik yang pernah saya buat, menjelma menjadi tembok jangkung kala itu sehingga susah payah saya mengayuh sepeda untuk meraih akselerasi tercepat kemudian mempertahankan kecepatan tertinggi, hingga pada satu ttitk saya mulai kepayahan namun masih ngotot untuk mendobrak catatan waktu yang dibuat. Kemudian, skenarionya sudah bisa ditebak kemana arahnya kan?
saking ngototnya, saya fokus pada tenaga kayuhan dan abai terhadap pandangan kedepan, alhasil saya menabrak seorang bapak paruh baya yang mengendarai motor matic melawan arah. Secara teknis ini bisa disebut tabrakan sebetulnya, karena saya dan bapak sama-sama menabrakkan diri, hanya sialnya, sepeda adalah moda transportasi yang akan langsung mental ketika harus secara tak sengaja menabrak kendaraan bermotor. maka pada saat itu, jelas saya yang mental (dibacanya mental ya, bukan mental) dan fork atau garpu penopang ban depan sepeda pun ringsek. meskipun begitu, bersyukur tak ada korban jiwa pada peristiwa tersebut. toh hanya saya dan bapak ko yang ada di persitiwa itu. Allah baik sekali membuat saya tidak mengalami cidera apapun, selain kaget dan perasaan bersalah telah membuat bapak tersebut kaget juga. saya kaget membuat bapak kaget.
Perlu diketahui bahwa jalanan yang saya lalui dan merupakan tempat kejadian peristiwa naas ini merupakan jalanan yang lenggang dengan lebar jalan yang memanjakan sekali bagi pengemudi untuk melajukan kendarannya dengan kecepatan super tinggi. sehingga terbayang apa yang terjadi ketika benturan terjadi dan saya mental ke sebelah kanan (tengah jalan), lalu ada kendaraan yang melintas?
maka sekali lagi saya bersyukur.
Saya pun menceritakan kejadian ini kepada seorang yang saya jadikan salah satu sosok panutan, beliau adalah seorang dokter dengan bidang spesialiasi patologi kanker yang kerjaannya terbilang sederhana namun sangat berat dalam konteks tanggungjawab karena memerlukan pemahaman yang luar biasa mendalam mengenai sel kanker, karena kerjaannya adalah menganalisi suatu sel merupakan kanker ganas atau jinak, mengambil keputusan atasnya sehingga secara otomatis tindakan apa yang dilakukan haruslah bersandar pada fatwa dirinya mengenai sel kanker tersebut. jika ganas, boleh jadi ada organ tubuh pasien yang harus dipotong guna mencegah penyebaran sel kanker pada bagian tubuh yang lainnya dan jika jinak maka tindakannya tidak perlu se ekstrim itu. Yang beratnya adalah, apa yang terjadi jika analisis dan keputusannya dalam menetukan sifat sel itu keliru?
ganas ternyata jinak atau sebaliknya jinak ternyata ganas
setiap hari dalam seminggu, banyak sekali dokumen pasien yang perlu dianalisis oleh beliau dan hari rabu adalah hari dimana biasanya jumlah tumpukan dokumen di meja kerjanya berada pada angka terbanyak, bahkan harus rela menggunakan waktunya di rumah pada malam hari untuk menganalisis data yang ada. yang menariknya adalah, beliau selalu meninggalkan tumpukan tersebut di rabu malam, di hari di mana gunungan data pasien sedang banyak-banyaknya. alasannya cukup sederhana, karena ingin mengalokasikan waktu untuk thalabul ilmy- menuntut ilmu agama, mengharap ketenangan, rahmat serta keberkahan dari Allah SWT. Tahu nggak, Allah menghadirkan keinginan di hati saya untuk hadir dalam suatu majelis ilmu, memberikan kesempatan saya untuk datang ke majelis ilmu, memudahkan perjalanan saya ke majelis ilmu, boleh jadi adalah cara Allah menghindarkan saya dari kesalahan yang mungkin saja saya lakukan pada pekerjaan saya dan berakibat sangat buruk pada kehidupan pasien saya.
maka bersyukurlah, asep tidak mengalami kejadian yang lebih berbahaya dibanding persitiwa tadi. karena boleh jadi Allah memang memudahkan asep untuk hadir pada majelis ilmu yang sama2 kita hadiri ini.
Allah itu maha baik, apa yang dikenakan pada kita adalah hal terbaik yang Allah persiapkan untuk kita. meski kita enggan tahu, meski kita tidak tahu, meski kita belum tahu.
Salam,
0 comments:
Post a Comment