Tuesday, 30 November 2021 0 comments

Langit

 


hingga akhirnya ku memahami, mengapa harapan itu sungguh sangat berharga. karena ada nilai yang sangat mahal yang perlu disiapkan bagi mereka-mereka yang senantiasa menyimpan harap. setidaknya, mereka harus berani patah hati, jika sampai di akhir nanti, asa dan realita yang ada, tak pernah bertemu di titik yang di mau.

namun bukan berarti, kita tak boleh menyimpan harap.

kita semua harus mau menyadari, bahwa harapan itu berarti, bahwa harapan itu energi, bahwa harapan yang membersamai perjalanan ini, akan selalu memberikan ruang bagi setiap doa yang siap terpilin ke langit, menitipkan apa yang di mau 

Tuesday, 26 May 2020 1 comments

Titip Rindu


untuk istriku tercinta

lebaran tahun ini kita ditakdirkan untuk tidak dulu bersama 
Boleh jadi, Allah sengaja membuat kondisi ini ada diantara kita berdua, agar kita bisa belajar saling merindu dan saling menitipkan cinta 
hingga nanti waktunya tiba untuk kita bisa kembali berjumpa 
menumpahkan segala rindu yang penuh sesak dalam dada 

sungguh, sarana pembelajaran cinta semacam ini sangatlah mahal 
menuntut pengorbanan yang kadang tak masuk di akal 
naik turun perjalanan berliku dan sangat terjal 

tapi percayalah, insyaallah kita pasti bisakarena sudah ada bahagia yang telah menanti disana 
menanti kita, untuk bisa bersama merayakan cinta 

dari suamimu

Friday, 18 January 2019 0 comments

Celaka!

hari itu sebetulnya hanya sekedar hari biasa, tanpa ada hal yang begitu spesial hingga sesuatu terjadi ketika saya melakukan rutinitas bersepeda.

beberapa bulan terakhir memang saya mengazamkan diri untuk tidak menghilangkan beberapa kebiasan baik yang saya peroleh ketika saya menghabiskan 2 tahun masa studi di Jepang, yang salah satunya adalah menggunakan sepeda ketika kemanapun saya hendak pergi. sebetulnya ada beberapa hal lain selain dari terbiasa menggunakan moda transportasi sepeda, seperti tidak berisik ketika berada di kendaraan umum, selalu mematikan fitur ringtone dan membuat handphone tetap berada model silent dimanapun saya berada dan beberapa kebiasan lainnya. Saya rasa ini merupakan pengaruh baik yang saya dapatkan dari sebagian cara hidup orang Jepang dimana saya berkebetulan pernah erat sekali bersinggungan dengan aktivitas keseharian tersebut. diantara kebiasan-kebiasan itu, memang hanya bersepeda saja yang membuat saya harus mengeluarkan effort lebih untuk menjaga itu tetap ada dalam keseharian saya , sehingga azzam nya pun juga agak berbeda. Sempat berencana juga untuk langsung membeli sepeda sepulangnya ke tanah air agar bisa sesuai jalur dengan tekad yang saya buat, namun pertimbangan bahwa saya tinggal di tanah air hanya sekitar beberapa bulan, membuat saya mengurungkan niat tersebut dan lebih memilih memperbaiki dan sedikit memodifikasi sepeda tua yang tergeletak jarang terpakai di garasi rumah. Singkat cerita, saya sedikit ubah mode sepeda menjadi sepeda jalanan dengan ciri handle bar yang melengkung ke bawah dan rem yang juga menukik di depan. beberapa bagian saya ganti juga setelah berdiskusi agak panjang dengan akang montir sepeda yang tiba-tiba menjadi akrab dengan saya. alhasil, sepeda tua berubah menjadi modern looks dengan fitur yang bisa membuat saya bersepeda cukup kencang meski dengan bagian-bagian utama seperti ban, frame, shifter yang tidak diperuntukkan untuk memenuhi kepuasan mencapai kecepatan tinggi. Tapi percayalah, toh yang menentukan cepat atau tidaknya kita bukanlah item penunjang yang kita meliki, melainkan determinasi dan komitmen diri untuk melaju konsisten dengan kayuhan dan putaran pedal yang cepat. ini juga berlaku untuk konteks kehidupan yang lain ya. The tool isn't matter, but yourself is! keep this thought in your mind!


kadang, ketika mengalami kesulitan dalam suatu usaha dan kita memaksakan diri tehadapnya, maka ada gestur tubuh yang mangabaikan hal lain agar bisa memfokuskan energi pada usaha tersebut saja, kemudian sementara waktu abai pada usaha yang dirasa tidak diperlukan. sama halnya ketika seorang bocah bermain tarik tambang ketika 17-an, kita pasti akan menemukan sosok anak yang ngotot sekali menarik tambang untuk kemenangan timnya hingga ia kepayahan, lalu dia akan memejamkan mata dengan badan yang sedikit menunduk dan sedikit memelintir tubuhnya hingga memunggungi tim lawan, lalu menarik tambang tersebut sekuat tenaga. That's it, determinasi yang ditunjukkan si bocah membuat dia mengeluarkan seluruh energi yang dia punya meski dia harus mengabaikan hal lain agar dapat berfokus pada tujuannya saja, yaitu kemenangan.

kurang lebih itulah yang saya lakukan pada hari dimana saya harus terbangun shock karena menabrak motor yang melaju melawan arah. 

beberapa waktu terakhir entah karena dorongan apa, saya cukup terobsesi dengan kecepatan. maka ketika bersepeda pun saya selalu ingin mengayuh dengan kecepatan tertinggi dan mengecek rata-rata kecepatan yang didapat melalui perangkat applikasi yang terinstal pada handphone saya. applikasi ini cukup menarik, algoritmanya bekerja berdasarkan pantauan GPS dan kecepatan pergerakan perpindahan saya, sehingga angka-angka seperti seberapa jauh saya bergerak, seberapa lama saya mengayuh, berapa kecepatan rata-rata, hingga berapa kalori yang sudah dipakai untuk melakukan kerja bisa dipantau secara real time. Pernah sekali saya mendapatan catatan waktu yang luar biasa membanggakan bagi saya pribadi, karena keterlaluan cepatnya. Sehingga membuat saya menjadikan catatan waktu tersebut sebagai tembok jangkung yang perlu dirobohkan dan membangun standar yang baru. kita hidup harus terus berkembang, kan? maka senantiasa melampaui capaian terbesar yang telah kita buat sebelumnya, merupakan sebuah keniscayaan, syarat mutlak agar bisa berkembang.

catatan waktu terbaik yang pernah saya buat, menjelma menjadi tembok jangkung kala itu sehingga susah payah saya mengayuh sepeda untuk meraih akselerasi tercepat kemudian mempertahankan kecepatan tertinggi, hingga pada satu ttitk saya mulai kepayahan namun masih ngotot untuk mendobrak catatan waktu yang dibuat. Kemudian, skenarionya sudah bisa ditebak kemana arahnya kan?

saking ngototnya, saya fokus pada tenaga kayuhan dan abai terhadap pandangan kedepan, alhasil saya menabrak seorang bapak paruh baya yang mengendarai motor matic melawan arah. Secara teknis ini bisa disebut tabrakan sebetulnya, karena saya dan bapak sama-sama menabrakkan diri, hanya sialnya, sepeda adalah moda transportasi yang akan langsung mental ketika harus secara tak sengaja menabrak kendaraan bermotor. maka pada saat itu, jelas saya yang mental (dibacanya mental ya, bukan mental) dan fork atau garpu penopang ban depan sepeda pun ringsek. meskipun begitu, bersyukur tak ada korban jiwa pada peristiwa tersebut. toh hanya saya dan bapak ko yang ada di persitiwa itu. Allah baik sekali membuat saya tidak mengalami cidera apapun, selain kaget dan perasaan bersalah telah membuat bapak tersebut kaget juga. saya kaget membuat bapak kaget. 

Perlu diketahui bahwa jalanan yang saya lalui dan merupakan tempat kejadian peristiwa naas ini merupakan jalanan yang lenggang dengan lebar jalan yang memanjakan sekali bagi pengemudi untuk melajukan kendarannya dengan kecepatan super tinggi. sehingga terbayang apa yang terjadi ketika benturan terjadi dan saya mental ke sebelah kanan (tengah jalan), lalu ada kendaraan yang melintas?
maka sekali lagi saya bersyukur.

Saya pun menceritakan kejadian ini kepada seorang yang saya jadikan salah satu sosok panutan, beliau adalah seorang dokter dengan bidang spesialiasi patologi kanker yang kerjaannya terbilang sederhana namun sangat berat dalam konteks tanggungjawab karena memerlukan pemahaman yang luar biasa mendalam mengenai sel kankerkarena kerjaannya adalah menganalisi suatu sel merupakan kanker ganas atau jinak, mengambil keputusan atasnya sehingga secara otomatis tindakan apa yang dilakukan haruslah bersandar pada fatwa dirinya mengenai sel kanker tersebut. jika ganas, boleh jadi ada organ tubuh pasien yang harus dipotong guna mencegah penyebaran sel kanker pada bagian tubuh yang lainnya dan jika jinak maka tindakannya tidak perlu se ekstrim itu. Yang beratnya adalah, apa yang terjadi jika analisis dan keputusannya dalam menetukan sifat sel itu keliru?

ganas ternyata jinak atau sebaliknya jinak ternyata ganas

setiap hari dalam seminggu, banyak sekali dokumen pasien yang perlu dianalisis oleh beliau dan hari rabu adalah hari dimana biasanya jumlah tumpukan dokumen di meja kerjanya berada pada angka terbanyak, bahkan harus rela menggunakan waktunya di rumah pada malam hari untuk menganalisis data yang ada. yang menariknya adalah, beliau selalu meninggalkan tumpukan tersebut di rabu malam, di hari di mana gunungan data pasien sedang banyak-banyaknya. alasannya cukup sederhana, karena ingin mengalokasikan waktu untuk thalabul ilmy- menuntut ilmu agama, mengharap ketenangan, rahmat serta keberkahan dari Allah SWT. Tahu nggak, Allah menghadirkan keinginan di hati saya untuk hadir dalam suatu majelis ilmu, memberikan kesempatan saya untuk datang ke majelis ilmu, memudahkan perjalanan saya ke majelis ilmu, boleh jadi adalah cara Allah menghindarkan saya dari kesalahan yang mungkin saja saya lakukan pada pekerjaan saya dan  berakibat sangat buruk pada kehidupan pasien saya. 

maka bersyukurlah, asep tidak mengalami kejadian yang lebih berbahaya dibanding persitiwa tadi. karena boleh jadi Allah memang memudahkan asep untuk hadir pada majelis ilmu yang sama2 kita hadiri ini. 

Allah itu maha baik, apa yang dikenakan pada kita adalah hal terbaik yang Allah persiapkan untuk kita. meski kita enggan tahu, meski kita tidak tahu, meski kita belum tahu.


Salam,
Wednesday, 16 January 2019 0 comments

Hal yang terkadang membuat geram sebagian orang

Sekitar pukul 8 pagi dia mendengar kehebohan ibu2 yang tinggal di dekat rumahnya katanya, tetapi karena ada yang sedang ia kerjakan maka dia tidak terlalu memerhatikan apa gerangan dibalik keributan ibu2 tersebut, "ah mungkin sedang riweuh, rame, menunggu kendaraan karena akan berangkat ke suatu tempat", begitu pikirnya, FYI, rumah orang yang saya kenal ini tepat terletak di pinggir jalan utama dan orang2 biasa menunggu kendaraan umum di depan rumahnya tersebut. 

singkat cerita, karena ada suatu urusan, maka sekitar pukul setengah 9 dia beranjak keluar rumah sehingga kemudian dia berpapasan dengan kerumunan ibu2 yang merupakan sumber kehebohan tadi. usut punya usut, ternyata ada kejadian yang menarik yang menyebabkan ibu2 heboh, dia menjelaskan, yaitu seseorang entah sadar atau tidak sadar telah menjatuhkan segepok (atau gepokan? maaf, biasa ibu2 kalo cerita sok heboh, jadi mungkin bisa tdak akurat) uang pecahan seratus ribu di jalan dan membuat lembaran banyak uang pecahan 100 ribu tersebut berhamburan dan berceceran. 


lalu kenapa ibu2 berteriak?


alasannya adalah, ada orang2 jahat tidak bertanggungjawab yang kebetulan sedang melewati tempat tersebut dengan kendaraannya telah tidak bijak memunguti uang2 dengan nominal yang sangat tidak sedikit itu, kemudian bergembira lalu pergi entah kemana. "Terlihat sangat masa bodoh dengan fakta bahwa uang2 tersebut sama sekali bukanlah haknya", seperti itu ibu2 menggambarkan. memikirkan kemungkinan2 bahwa boleh jadi uang tersebut adalah uang untuk biaya berobat yang susah payah dikumpulkan oleh pemilik asilnya, atau untuk alasan lain yang sangat memprihatinkan, pastilah membuat iba kepada orang yang kehilangan tersebut. terlepas bagaimana dan untuk apa uang tersebut, perlu diingat bahwa uang tersebut itu bukanlah sama sekali urusan kita, itu sama sekali bukan milik kita, tak ada sama sekali hak kita didalamnya, begitu nasihat kenalan saya tersebut kepada saya. bahkan ada aturan pidana yang bisa menjerat pelaku pengambilan dengan berbagai catatan pertimbangan yang lain, tambahnya. 


Sebetulnya kejadian2 seperti ini boleh jadi pernah dialami oleh kawan2 sekalian, seperti halnya saya yang pernah kehilangan rantai kunci sepeda karena terjatuh di jalan, karena setelah beberapa jam dari kejatuhan tersebut saya menyengajakan diri menyisir rute yang saya ambil, namun saya tak menemukan apa yang saya cari, padahal benda itu besar, sungguh! entah kemana barang itu, kemungkinan besar ada orang yang mengambilnya dengan niatan entah untuk mengamankan atau untuk menjadikannya hak milik. untuk niatan pertama, pastilah akan mendapat apresiasi yang sangat tinggi, namun sebaliknya, untuk niatan yang kedua, saya rasa itu tindakan yang sangat tidak terpuji.


kenalan saya menambahkan, katanya fenomena2 seperti ini bisa saja terjadi karena banyak faktor, yang diantaranya adalah:


Orang tidak terpikir untuk mencari barang yang hilang ke polisi, karena jarang sekali ada orang yang melaporkan barang temuan ke polisi, mohon maaf ini debatable karena hanya berdasarkan pengalaman dan asumsi dirinya pribadi, dia tidak menemukan data yang bisa membantu katanya.

Pikiran kurang bijak mengenai barang temuan yang selalu mengamini bahwa barang tersebut adalah rezeki bagi orang yang menemukannya, dan ini sungguh berbahaya, pernah denger dong ketika tidak sengaja bertemu orang yang menemukan sesuatu lalu dia berteriak kegirangan dengan bilang "Alhamdulillah..Rezeki!!", bahkan dengan tidak sopannya mengucapkan hamdalah untuk melegitimasi tindakan tidak baik yang hendak dia lakukan. serem banget bos
Faktor ekonomi, kesenjangan sosial, ketidak adilan, pendidikan, ini adalah hal2 mendasar yang bahkan terkadang menjadi alasan orang berbuat lebih jauh lagi, mendorong orang melakukan tindakan yang lebih tidak bermoral lagi, yaitu tindakan kriminalitas.
Sebagai masyarakat, apalagi orang2 yang terdidik, solusi dari hal ini bukanlah hanya diam dan mengandalkan apa yang pemerintah bisa lakukan, tapi bisa juga ikut terlibat dalam langkah2 kecil seperti gerakan2 sosial kepemudaan yang saat ini sudah sangat menjamur dimana2 yang merupakan sinyalemen positif dari awareness masyarakat terhadap lingkungan di sekitarnya. jika tidak bisa, maka setidaknya speak up jikalau menemukan sesuatu yang salah dan ambil tindakan jika memmungkinkan untuk dilakukan. 
Setidaknya percayalah, sedikit tindakan baik yang kita lakukan tidak akan begitu saja hangus menjadi abu, namun ia akan menggelinding lebih besar membentuk bola salju yang tak bisa diabaikan begitu saja keberadaannya.

Salam,









Friday, 17 August 2018 0 comments

(Bukan) Sekedar Tempat Tinggal


Ini penampakan depan tempat tinggal saya selama setahun terakhir. Bangunan super tua, berbahan dasar kayu, insulasinya pun tidak terlalu baik, jika tidak bisa disebut buruk, sehingga ketika musim dingin tiba, sangat terasa menggigilnya dan jika badai melanda, goncangannya sangat terasa, jangankan itu, orang lewat saja, juga pasti langsung berasa.  

Jika dibandingkan dengan apato-apato (read: sebutan untuk kosan di Jepang) yang  lain, mungkin gedung ini agak berbeda. Di gedung ini, semuanya buang sampah semaunya. Bahkan hingga hari terkhir saya tinggal disanapun, saya masih tak tahu bagaimana pengaturan jadwal pembuangannya. ini hal yang sangat aneh sebetulnya, karena pengaturan mengenai pengelolaan sampah di Jepang dibuat sangat rapih, aturan mengenai kapan kita diperbolehkan buang apa dan harus kemana kita buang apa, dibuat sangat mendetail, sehingga kita tidak bisa asal membuang seenaknya. 

Tapi tidak dengan gedung ini, sampai detik terakhir menjadi penghuninya, saya masih bisa bebas membuang sampah (di tempat yang telah disediakan tentunya). mungkin ini akibat dari usia gedung ini yang sudah sangat tua. saking tua nya, bahkan pada saat awal saya menandatangani kontrak untuk menempati salah satu ruangan di gedung ini untuk satu tahun, pihak agen penyewaan mengingatkan bahwa saya tidak bisa tinggal disana lebih dari bulan juni 2018, karena gedung tersebut akan dirobohkan. mengingat kelulusan saya jatuh di bulan maret, maka saya pikir tak akan ada masalah sama sekali dengan rencana pengahancuran gedung yang dibuat oleh agen penyewa. sebelum gedung ini dihancurkan, toh saya sudah tak menempatinya lagi, begitu pikir saya waktu itu. Meski pada akhirnya saya tinggal di gedung tersebut hingga akhhir bulan april. 

Adapun beberapa hal yang membuat saya menjatuhkan pilihan untuk mengisi salah satu kamar di gedung ini adalah, biaya sewa yang relatif murah dengan fasilitas yang realtif komplit, pertimbangan jarak antara gedung ini dengan tempat saya melakukan riset dan jarak antara gedung ini dengan stasiun kereta terdekat (kebetulan gedung ini berada ditengah-tengah antara tempat saya melakukan penelitian dan stasiun terdekat). Meskipun dengan segala kekurangannya, saya akan dengan sangat tegas untuk bilang bahwa saya menyukai tempat ini.  

hidup di negeri yang mengalami pergantian musim sekitar 4 bulan sekali, membuat sense kita terhadap waktu yang terus malaju menjadi cukup lemah, eeh tahu-tahu sudah musim semi, loh ko sudah musim gugur, wah ternyata sudah musim dingin, aduh sudah mulai musim panas. ya kurang lebih seperti itu lah gerutuan orang yang tidak sadar dengan waktu yang berjalan dan terlena dengan keindahan serta pesona tiap musim yang ditawarkan. itu pula yang menghinggapi perasaaan saya. hingga tak terasa, setahun lebih saya telah tinggal di gedung tua itu, menikmati menghabiskan dingin dan panas lalu kemudian tersenyum-senyum di musim semi dan musim gugur. Bagi saya, gedung itu bukan hanya menjadi tempat singgah, tapi juga menjadi tempat saya bisa nyaman berkontemplasi di tengah hiruk-pikuk aktivitas aktualisasi diri. bahkan terkadang saya juga berolah raga disana, beruntung saya dapat warisan alat kebugaran sederhana yang bisa digunakan didalam ruangan, alatnya semacam sepeda yang tak berpedal, dia punya handle bar dan ada tumpuan lututnya, cara menggunakannya adalah dengan mengayunkan lutut mendekati dada, meski gerakannya sederhana, tapi cukup ampuh lah untuk membakar kalori hasil makan ayam balado di malam hari.  apa tidak berisik berolah raga di dalam kamar?

oh tentu saja berisik, namun beruntungnya saya bahwa kamar dibawah kamar saya dan kamar di samping kanan kamar saya adalah kamar-kamar yang sudah tak berpenghuni, hanya tersisa satu kamar di sebelah kiri kamar saya yang saya tahu bahwa kamar tersebut masih ada penghuninya. ko bisa tahu? dengkuran penghuninya ketika malam hari tiba, membuat saya yakin betul bahwa ada orang yang tinggal disana. dengkurannya menembus dinding!

ya seperti itulah kondisi gedung tua yang saya tinggali, sungguh banyak sekali kurangnya, namun saya tetap suka.

Lalu, singkat cerita, skitar bbrapa pkan lalu saya mendapatkan kabar dari seorang sahabat, bahwa gdung apato ini dirubuhkan (mungkin di renovasi). Sebetulnya memang sudah tahu sejak dari awal mengenai hal tersebut, namun entah kenapa, tetap saja ada perasaan berat yang menghinggapi (mohon maklum, melankolis sejati). Sentimental values yang nempel erat di gedung itu tak akan pernah bisa terganti, meski hanya berganti wajah, meski hanya berubah bentuk,  tetap saja ada sesuatu yang berbeda, ada yang hilang dari sebelumnya.

ya, kita hanya akan bisa menggerutu dalam kehilangan ketika apa yang sangat erat melekat di hati, harus menghilang, pergi dan terganti. 


dua foto diatas adalah foto yang dikirimkan oleh sahabat saya, melihatnya membuat saya tersenyum getir..haha



2018/08/18
Tasikmalaya


Friday, 13 April 2018 0 comments

Sejenak dan kemudian bergegas

sebetulnya sungguh tak terasa bahwa sisa waktu yang saya miliki untuk bisa berlama-lama menghirup udara pagi tsukuba, menembus gelapnya malam tsukuba, merasakan sepinya tsukuba, mendengar sesekali bersiknya kicauan gagak tsukuba dan hangatnya suasana kekeluargaan tsukuba, hanyalah sebentar lagi jika sesuai dengan jadwal halte bus di jalur kehidupan no 12 saya ini. meski memang entah akan berlanjut kemana lagi kendaraan ini akan membawa saya, entah akan kembali ke tsukuba atau membawa saya ke tujuan lain yang belum pernah saya bayangkan sebelumnya.

menarik memang menghadapi sesuatu yang baru, karena toh boleh jadi kita kadang lupa kapan terakhir kali kita melakukan sesuatu untuk yang pertama kalinya dalam hidup kita. selama Allah bersama kita, maka semua akan menyenangkan.. 

Masih di tempat duduk yang sama, 04/14/2018
Wednesday, 11 April 2018 0 comments

Tuang Pikiran

Boleh  jadi ini yang ketiga kalinya bagi saya menulis sebuah manuskrip hasil penelitian yang hendak di publikasikan melalui beberapa tahapan peer review journal. tapi tetap saja, jari-jari tangan dan otak ini belum terlalu terbiasa untuk menumpahkan ide-ide, mengkonversikannya menjadi padanan alur cerita yang menarik, yang saling bersambung pada tiap-tiap spasi paragraf sehingga menghasilkan draft artikel yang mudah difahami mengenai apa dan bagaimana hasil penelitian ini mampu ikut berkontribusi membentuk bangunan ilmu pengetahuan. terlebih di prosesnya, jika sudah harus memulai untuk mengarang bebas supaya introduction part bisa tidak hanya asal terisi penuh, namun mampu menyampaikan pondasi argumen yang relevan hingga pembaca mengamini bahwa penelitian ini memberikan signifikansi melalui kebaruan yang ditawarkan terhadap perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan maka, disitulah letak tantangannya bermula. permasalahannya adalah, wawasan saya diuji betul apakah mengetahui state-of the art dari bidang yang hendak kita tawarkan solusi dari permasalahan yang muncul bidang tersebut. tidak berhenti disitu, saya pun dituntut memahami semua konsep yang ada, yang memang kita harus faham, karena jika kita tidak memahaminya maka kita tidak faham. naon

pernah dengar istilah teko hanya akan mengeluarkan isi teko?

adagium yang sangat pas menggambarkan bagaimana proses kreatif dalam menulis (secara umum) bisa dimulai. terkadang kita berhenti dari ketikan-ketikan jari di keyboard, hanya karena kita sudah tidak tahu lagi akan membahas apa, tidak tahu lagi hendak menceritakan apa. meski memang masih banyak alasan lain yang memaksa kita menghentikan ketikan jari ini, sebut saja sakit perut perlu ke kamar mandi, masak indomie atau karena jualan sari mie. naon

tapi tak bisa dipungkiri, asupan-asupan informasi bernutrisi yang masuk ke kepala saya yang berhubungan dengan fondasi ilmiah dari riset yang saya tekuni, itulah bekal andalan satu-satunya ketika hendak menulis introduction part dari manuskrip yang ingin segera saya selesaikan ini (menulis secara umum). jika tak pernah ada asupan bergizi, maka tak ada keluaran yang berkualitas, argumen yang ber-nas, yang tersisa hanya kumpulan berbaris-baris kalimat yang sengaja dideretkan agar supaya tulisan terlihat penuh. dagingnya dikit, tulang semua.

ini baru berbicara bab pembuka, belum lagi bab-bab yang lain yang memang mengharuskan kita menghadirkan kecermelangan pikiran dalam memadu-padankan wawasan yang ada demi memahami fenomena yang terjadi dari hasil penelitian yang hendak di presentasikan dalam sekumpulan gambar dan berbait-bait tulisan. 

--karena saya mau cape, biar bisa udahan nulisnya--

jadi, apapun itu bentuknya..jika hendak berkarya, menghasilkan ekspresi perasaan yang memiliki nilai tinggi baik dari perspektif ilmu pengetahuan ataupun moral, maka kita perlu asupan bergizi sebagai bekal yang bisa kita olah dan proses sehingga menghasilkan energi yang cukup agar kita mampu menghasilkan sesuatu. tidak berhenti karena sudah tidak tahu, tidak berhenti karena sudah tidak bisa. semakin banyak kita tahu, setidaknya semakin banyak peluru yang bisa kita siapkan jika sesekali itu dibutuhkan.

hindari sesuatu yang jelas-jelas tidak jelas kebermanfaatannya seperti HOAX, narkoba dan kang junaedi!


WPI-MANA (NIMS)- 11 April 2018 jam 9.28 P.M 
Powered by Blogger.
 
;