Thursday, 19 September 2013 0 comments

~Perjalanan & Kenangan~


perjalanan ialah berpergian -kepergian- dari suatu tempat ke tempat lainnya. -menurut kamus besar bahasa indonesia. ah andai hidup se-simple itu, sudahlah cukup 1 kalimat tadi menunjukkan apa itu perjalanan.
tapi  nyatanya tidak, perjalanan tak bisa terangkum oleh hanya satu- dua kalimat sederhana. 
perjalanan memiliki makna yang jauh lebih luas, lebih kompleks dan membuat indah karenanya atau dibuat suram juga olehnya .
karena perjalanan adalah proses panjang yang melibatkan aku, kamu, dia, mereka, ini, itu, dan lain sebagai nya, menghasilkan karya kisah yang aku sendiri pun tak pernah tahu kapan, dimana dan akan bagaimana akhir ceritanya. -akhir bahagia, itu harapanku dan barangkali harapanmu juga.

aku sadar betul, aku dibesarkan dalam dan oleh perjalanan karena memang perjalanan mengajarkan banyak hal kepadaku. Perjalanan mengingatkanku, tentang dimana kita berawal dan entah dimana kita akan berakhir
bahkan aku masih ingat bab pertama yang ia ajarkan padaku.
sering aku bercengarama dengan kabingungan, kegelisahan, bahkan ketakutan yang membuatku berat dan enggan, berat kaki ini untuk memulai, enggan untuk mau mengawali. -bisa jadi rasa itu juga pernah menghinggapi kalian. 
dan tahukah? -perjalanan mengajarkanku tentang keberanian, melalui bahasa-bahasa merdu, melalui mimpi, cita dan harapan -tentu saja- dari mereka yang berilmu.
aku terlena dengan mimpi itu, aku terjebak dalam pusara ambisi -bukan sekedar obsesi- mendapatkan apa yang -5 inderaku- belum pernah mengecapnya. Lalu setelahnya, -hatiku merasakannya- ada haru yang menyelimuti langit kala itu, kala aku memulai perjalananku. ada doa yang senantiasa mengiringiku -aku melihat air mata disana- dalam tiap langkahku meniti perjalananku. lagi-lagi aku tersadarkan, bahwa perjalanan lah yang telah memebesarkanku, melalui bapak, ibu, kakak, dan orang di sekelilingku
yang sebenarnya baru ku sadari kala itu, bahwa perjalanan yang ku mulai hanya akan mengantarkanku pulang. -pulang kembali pada mereka yang mengantarkan perjalananku
banyak ku temukan hal-hal baru di perjalanan. -takut, benci, obsesi, harapan, bahkan tentang cinta
awal langahku telah ku lewati, dan ini fase baru di perjalananku.
hanya aku - ya aku berkawankan kesendirianku.
fase yang ku mulai ini berkisahkan aku, kesendirianku dan perjalanan kami. sungguh nikmat perasaan yang aku dapat di awal perjalanan kami, aku bebas, aku lepas, aku tak terkekang apapun, tak ada yang terganggu dengan tingkah ku, tak ada yang merugi karena sikapku, bahkan tak ada yang tersinggung karena kasarnya ucapanku. apalagi alasannya kalau bukan karena hanya ada kami -aku dan kesendirianku- yang berjalan di sepanjang perjalanan ini. -tak ada orang lain diantara kami. hingga rasa sepi muncul, merambat melalui hati ku, menjalar di sekujur tubuhku, dan mendekapku.

sungguh tak enak rasanya. -rasa sepi yang mampu membunuhku. nikmat yang ku peroleh sebelumnya pun, tak sebanding dengan sepi yang kuhadapi, ia lebih besar. ia monster yang siap menerkamku kapan saja ia mau, memberhentikanku hingga aku tak mampu meninggalkan jejak-jejak baru untuk perjalananku. ratusan -ah bahkan ribuan- senja telah begitu saja terlewati, namun tak ada yang membekas sama sekali. -ini juga karena sepi. satu pelangi, dua pelangi, tiga pelangi, semuanya hambar, padanan cahayanya menjadi gersang dan kosong. -apalagi alasannya kalo bukan karena sepi. sepi itu memuakkan, ia menjajah hatiku, membuatnya tak mau bekerja sinergis dengan pikiranku, menyebalkan sekali bukan?
aku lupa suatu hal. -aku punya bekal perjalanan yang hanya boleh kubuka dan kugunakan ketika ku sangat membutuhkannya.
"nak, perjalanan ini tak mudah. ia akan begitu panjang dan melelahkan, teruslah berjalan, teguhkan hatimu, dan tetaplah percaya dengan tuhanmu, tuhan kita, bersama kesulitan akan selalu ada kemudahan, tidak setelahnya ataupun sebelumnya".-itu salah satu bekal dari ibuku. 
setelah mengalaminya aku -mau tak mau- mempercayai bahwa memang perjalanan ini tak semudah yang ku bayangkan. selalu ada ranting-ranting yang menghambat jalanku, mungkin sekarang baru giliran sepi yang menghadangku lalu entah apa selanjutnya. sepi ini musuh pertamaku, memberi turbulensi di pesawat yang membawaku di perjalanan ini yang pada akhirnya aku biarkan saja tubuhku tersiksa, membiarkannya terbiasa dengan derita. setelah ini, pasti ada kenikmatan lain. -aku yakin itu
dan tak terbayangkan sebelumnya, setelah mampu melewati sakit -sepi-. aku tersenyum bahagia, lega. mungkin ini yang disebut fenomena di ujung kemacetan dalam perjalanan. -teori yang kubuat sendiri haha
perjalananku macet karena "sepi" membuat mesin perjalanan ku mandek, dengan sabar aku biarkan pikiran, perasaan dan ragaku dipermainkan sepi. -disini terjadi kemacetan dalam perjalananku, macet panjang yang entahlah aku tak tahu dimana ujungnya. waktu terkikis begitu lama -itu yang kurasa- hingga sampailah di titik aku terlepas dari kemacetan parah perjalananku. dan lihatlah disana? -mungkin bisa kau tebak bagaimana rupa jalanan setelah kau melewati kemacetan perjalanan. ya, yang kudapatkan adalah  lega, kosong, luas, tak ada lagi tabrakan atau benturan antara pikiran, hati dan raga, dan itu menyenangkan. -aku rasa sebanding dengan tumpukan lelah yang telah dibangun oleh sepi, energi yang habis dikuras sepi. seketika aku tersadarkan oleh kenyataan bahwa disitulah  perjalanan mengajarkanku tentang bersabar menghadapi kemacetan, merekayasa diri melewati kesusahan, karena setelah mampu kita lalui, jalanan terbuka lebar, bahkan lebih cerah. -walaupun ku bukan seorang filsuf tapi selanjutnya, biarlah ini aku sebut sebagai filosopi kemacetan perjalanan agar setiap kali ku bertemu kesulitan yang hampir sama, aku bisa berpikir dengan tenang karena aku ingat filosofi ini.

-setelahnya- aku pun menjejaki perjalananku -kembali-.
oh iya, aku jadi ingin berbagi kenyataan: dalam meniti perjalananku ini sebenarnya aku tak jarang bertemu dengan keragu-raguan dalam pilihanku, keragu-raguan itu hadir dalam wujud kebingungan; kapan aku harus belok kiri, kapan aku banting setir ke kanan, ataukah harus tetap lurus melaju. hingga lama-kelamaan secara tak sadar -tahu-tahu- aku tersesat dalam perjalanan ini -sesat yang membingungkan-. aku tersesat di tempat yang begitu asing. disana. udaranya sangat sejuk, pepohonan tertata rapi: membentuk terowongan, cahaya matahari menerobos masuk kedalamnya, membuat tempat ini tak gelap sama sekali dan tak terang  menyilaukan. tambahan suara syahdu kicauan burung yang saling berbalas, menambah khidmatnya ketenangan yang dihadirkan.

tempat ini begitu menenangkan, tapi sayangnya kenyataan bahwa aku sedang tersesat tak membuatku menjadi tenang, aku malah gelisah.-aku gelisah di tempat yang sangat menenangkan.


-to be continued-
------------------------------------------------------------------------------------------------------------

-next episode-

aku mantapkan langkahku -kembali- di perjalanan ini, dan yang paling kusenangi di perjalanan ini adalah disana aku menangkap pemandangan-pemandangan baru yang bisa ku simpan sebagai kepingan kenangan perjalanan.

oh ya, terkadang aku juga bertemu beberapa orang di persimpangan jalan, walaupun hanya untuk berpisah di persimpangan yang lain. tapi ku nikmati perjumpaan kami, karena dari situ aku mulai tahu arti berbagi. begitu luruhnya jiwa ini ketika membagi, betapa nikmatnya hati ini ketika dibagi. terkadang pula hal itu -perjumpaan kami- membuat alur kisahnya berubah, sekarang menjadi aku, mereka dan perjalanan kami, bukan lagi tentang -hanya- perjalanan kami -aku dan kesendirianku- . 
ya, sekarang aku memasuki fase perjalanan aku dan mereka. di fase ini perjalanan mengajarkanku banyak hal baru melalui mereka, tingkah mereka, cara berpikir mereka, sudut yang diambil mereka ketika memandang, dan nafas inspirasi yang ku dapatkan dari mereka.
-to be continued-

gambar disini,  sini
Saturday, 14 September 2013 0 comments

Rasa Bahagia



tak usah terlalu menyalahkan mereka, barangkali mereka sadar bahwa mereka tak kuasa memaku waktu barang sedetikpun. upaya mereka hanya untuk mempertahankan bahagia; selama yang mereka bisa. 

Walaupun akhirnya -kini- mereka tak memahami mengapa kata2 itu mulai pudar, layu, kehilangan makna.

semoga semua -aku, kau, dia, dan mereka- tetap ada, mampu membagi dan mempertahankan rasa bahagia -atas nama apapun- .  


gambar disini
0 comments

yang tak kita sadari


barangkali sebuah kesalahan yang amat sangat, ketika hendak membagi apa yang tak pernah -bahkan, tak ada niatan sedikitpun- kita miliki untuk kita bagi.

darinyalah hanya akan menghadirkan kesombongan-kesombongan yang tak kita sadari 


gambar dari sini
Powered by Blogger.
 
;